Pandangan Pakar Komunikasi Politik tentang Ganjar Pamer Kemesraan dengan Jokowi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, beberapa waktu lalu menjadi pembicaraan publik ketika ia memajang foto-foto dirinya bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di media sosialnya. Ini menimbulkan spekulasi bahwa Ganjar tengah berusaha membangun hubungan yang lebih dekat dengan Jokowi. Sejumlah pakar komunikasi politik pun memberikan pandangan mereka tentang tindakan tersebut.
1. Tujuan Ganjar
Menurut pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga, Dr. Wawan Mulyawan, tindakan Ganjar memajang foto bersama Jokowi disebut-sebut sebagai upaya untuk membangun citra positif di tengah-tengah publik. Wawan juga menambahkan bahwa Ganjar mungkin mempunyai niatan bersaing dalam bursa calon presiden di masa depan.
2. Keuntungan bagi Ganjar
Sejumlah pakar komunikasi politik menilai bahwa tindakan Ganjar memajang foto bersama Jokowi di media sosial berhasil membangun citra positif bagi dirinya. Hubungannya dengan Jokowi juga dianggap bisa membawa keuntungan bagi Ganjar di dalam dunia politik.
3. Tidak Menutup Kemungkinan Ganjar Jadi Calon Presiden
Mengenai spekulasi bahwa Ganjar tengah bersaing dalam bursa calon presiden di masa depan, Dr. Wawan Mulyawan menilai bahwa itu masih terlalu dini untuk dibicarakan. Namun, ia tidak menutup kemungkinan hal tersebut bisa terjadi.
4. Hubungan Kedekatan Menjadi Keniscayaan dalam Politik
Menurut sejumlah pakar politik, hubungan kedekatan atau akrab dengan tokoh-tokoh politik terkenal menjadi sebuah keniscayaan dalam dunia politik. Pasalnya, hubungan tersebut bisa mempengaruhi suara dan dukungan pemilih.
5. Jangan Terlalu Banyak Memamerkan Hubungan dengan Tokoh Politik Terkenal
Namun, ada juga pandangan yang berbeda. Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Dr. Dedi Kurnia Syah, mengatakan bahwa apabila Ganjar terlalu banyak memamerkan hubungan dengan tokoh politik yang terkenal, hal itu bisa menimbulkan pandangan negatif dari publik.
6. Fokus pada Kinerja dan Prestasi Bukan Pada Kerapian Soal Hubungan Politik
Dedi juga menambahkan bahwa fokus pada kinerja dan prestasi jauh lebih penting daripada memamerkan kerapian dalam urusan politik. Sebab, kinerja dan prestasi yang baik jauh lebih berpengaruh pada pemilih dan masyarakat pada umumnya.
7. Jangan Penuhi Media Sosial dengan Foto Kemesraan
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Titis Shinta Dewi mengingatkan bahwa memajang terlalu banyak foto kemesraan di media sosial bisa memicu penilaian negatif dari publik. Pasalnya, publik justru membutuhkan pemimpin yang fokus pada pengabdian dan pekerjaannya.
8. Jangan Terlihat Terlalu Agresif untuk Mendapatkan Dukungan Dari Tokoh Politik
Menurut Titis, hal yang paling penting dalam politik adalah membangun kredibilitas dan kerja nyata. Ia juga menyarankan agar pemimpin jangan terlalu terlihat agresif dalam mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh politik terkenal.
9. Hilangkan Kesan Suatu Kepentingan Khusus Melainkan Fokus pada Kenyamanan Publik
Titis menilai bahwa optimalisasi relasi dengan tokoh politik tidak seharusnya untuk kepentingan khusus, melainkan untuk memperbaiki kualitas tugas dan memberikan kenyamanan bagi publik.
10. Fokus pada Kesejahteraan Rakyat
Pendapat lain datang dari pakar komunikasi politik dari Universitas Diponegoro, Dr. Edi Sutrisno. Ia mengatakan bahwa fokus pada kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas bagi seorang pemimpin, bukan pada upaya membangun citra positif dengan cara memajang foto dengan tokoh politik terkenal.
Kesimpulannya, membangun hubungan dengan tokoh politik terkenal seperti Jokowi memang bisa membantu suatu pemimpin membangun citra positif di tengah-tengah publik. Namun, bagi pendapat yang lain, hal itu tidaklah terlalu penting. Pendidikan dan keterampilan kepemimpinan serta kinerja yang baik jauh lebih penting daripada sekedar memajang foto kemesraan di media sosial. Fokus pada kesejahteraan rakyat dan menjadi pekerja yang baik adalah kunci untuk membangun integritas dan karir politik yang baik.