Elite Politik Tak Beretika, Pemilih Malas Tuntut Teladan

Tak Ada Teladan dari Elite Politik Picu Sikap Apatis Pemilih Pemula

Elite politik merupakan kelompok orang yang memiliki pengaruh besar dalam dunia politik, namun seringkali perilaku mereka tidak mencerminkan teladan yang baik bagi pemilih pemula. Hal ini dapat memicu sikap apatis pada pemilih pemula, yang akhirnya menimbulkan dampak buruk pada demokrasi di Indonesia. Berikut ini adalah ulasan lebih lanjut terkait hal tersebut.

1. Elite Politik Tidak Menjadi Teladan bagi Pemilih Pemula

Elite politik seharusnya menjadi contoh yang baik bagi pemilih pemula dalam menyikapi politik. Namun, realitanya seringkali berbeda. Beberapa elite politik justru terlibat dalam perbuatan korupsi atau tidak memiliki integritas yang cukup dalam melakukan tugasnya sebagai pembuat kebijakan.

Akibatnya, pemilih pemula merasa kecewa dan tidak punya pegangan dalam memilih pemimpin atau pilihan politik lainnya. Sikap apatis kemudian tumbuh dan berdampak pada partisipasi politik yang rendah.

2. Elektabilitas dan Popularitas Lebih Diprioritaskan daripada Kinerja

Elite politik seringkali lebih fokus pada upaya meningkatkan elektabilitas dan popularitas daripada kinerja yang sebenarnya. Mereka memilih strategi politik yang bisa membuat mereka terlihat baik di mata publik tanpa memperhatikan kepentingan rakyat.

Hal ini juga semakin memperkuat sikap apatis dan keengganan pemilih pemula untuk terlibat dalam politik. Jika elite politik hanya terlihat peduli pada elektabilitas dan popularitas, maka pemilih merasa politik bukan lagi untuk melayani rakyat, tetapi untuk mengejar kepentingan kelompok tertentu.

3. Sukarno dan SBY Adalah Contoh Elite Politik dengan Teladan yang Baik

Meski banyak elite politik terlibat dalam praktik yang merugikan, ada beberapa contoh elite politik dengan teladan yang baik bagi masyarakat. Salah satunya adalah Presiden Soekarno yang terkenal dengan pidatonya yang menginspirasi dan sikapnya yang peduli pada rakyat. Ada juga SBY yang dikenal dengan kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan dan kepeduliannya pada isu-isu sosial.

Pemilih pemula bisa belajar dari contoh-contoh ini dalam menyikapi politik dan memilih pemimpin yang memiliki karakteristik yang diinginkan.

4. Reformasi Bukanlah Solusi Tuntas atas Masalah Elite Politik

Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi, namun masalah elite politik terus ada hingga saat ini. Reformasi ternyata tidak sepenuhnya dapat mengatasi berbagai masalah politik dan korupsi di Indonesia.

Masalah ini perlu diatasi secara bersama-sama dan berkelanjutan oleh semua pihak, bukan hanya dari pihak elite politik. Kepercayaan publik perlu dipulihkan dengan memperlihatkan tindakan nyata dan kinerja yang baik dari para elite politik.

5. Peran Pendidikan dan Media dalam Menumbuhkan Kesadaran Politik yang Tinggi

Pendidikan dan media memegang peran penting dalam menumbuhkan kesadaran politik yang tinggi pada masyarakat dan pemilih pemula. Pendidikan demokrasi di sekolah dan universitas, serta kesadaran akan hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara, harus ditanamkan sejak usia dini.

Media juga perlu memperhatikan kontennya dan memastikan kebenaran informasi yang disajikan. Media yang independen dan memiliki integritas tinggi dapat memperkuat partisipasi politik yang sehat dari masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa elite politik yang tidak menjadi teladan dan keinginan meningkatkan elektabilitas dan popularitasnya akan memicu sikap apatis pada pemilih pemula. Oleh karena itu, diperlukan sikap dan tindakan yang baik dan menjadi contoh bagi publik dari para elite politik. Reformasi bukanlah solusi tuntas atas masalah elite politik, tetapi pihak-pihak lain juga harus ikut serta memperbaiki situasi tersebut. Terakhir, peran pendidikan dan media adalah penting dalam menumbuhkan kesadaran politik yang tinggi.

Original Post By Dmarket