Kapal yang Mengangkut Puluhan Orang Rohingya Tenggelam di Tengah Perjalanan menuju Malaysia.

Hendak Menuju Malaysia, Kapal yang Angkut Puluhan Orang Rohingya Tenggelam

Pada Rabu 21 Januari 2021, kabar duka datang dari Selat Malaka. Kapal yang membawa sekitar 81 orang pengungsi Rohingya tenggelam saat hendak menuju Malaysia. Dalam tragedi ini, sedikitnya 31 orang dilaporkan tewas, sementara sisanya masih dicari oleh pihak berwenang. Ini merupakan tragedi kelima yang terjadi pada pengungsi Rohingya yang mencoba menyeberangi perairan yang berbahaya dan tidak memiliki jaminan keselamatan.

1. Pengungsi Rohingya Mencari Perlindungan
Sejak konflik antara etnik Rohingya dengan Myanmar pada tahun 2017, puluhan ribu orang Rohingya memilih meninggalkan negerinya dan mencari perlindungan di negeri tetangga. Namun, sebagai pengungsi yang tidak diakui, mereka hidup dalam kondisi terbatas dan kurang mendapatkan akses dasar seperti tempat tinggal, makanan, dan kesehatan. Akibatnya, banyak yang memilih untuk mencari kesempatan di negara lain seperti Malaysia, di mana pengungsi Rohingya telah hidup selama bertahun-tahun.

2. Kapal Tenggelam di Selat Malaka
Kapal yang tenggelam pada bulan Januari adalah sebuah kapal kayu tradisional dengan kecepatan yang lambat. Dilaporkan bahwa kapal tersebut terbalik di Selat Malaka dalam kondisi cuaca buruk dan gelombang tinggi. Ada sedikitnya 31 orang yang dilaporkan tewas, sedangkan sisanya masih dicari oleh pihak berwenang. Pada 2015, tragedi serupa terjadi ketika kapal kayu yang sama juga tenggelam saat hendak sampai ke Malaysia.

3. Pengungsi Rohingya Butuh Perlindungan dari Internasional
Tragedi ini memiliki akar permasalahan yang kompleks. Pengungsi Rohingya mencari perlindungan karena disebabkan konflik antara etnik Rohingya dengan Myanmar. Pemerintah Myanmar membantah akan genosida terhadap etnik Rohingya, tetapi Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia telah menuduh Myanmar melakukan genosida.

4. Perlindungan Pengungsi Rohingya Tidak Terjamin
Saat ini, terdapat sekitar 101,000 pengungsi Rohingya di Malaysia yang hidup tanpa kondisi yang memadai. Malaysia tidak menandatangani Konvensi Pengungsi 1951 PBB, yang berarti Malaysia tidak mengakui status pengungsi dan tidak memiliki prosedur untuk pengungsi mendapatkan perlindungan. Pengungsi yang mencoba melarikan diri ke Malaysia melalui Selat Malaka kerap kali harus menempuh tempat yang berbahaya dan menghadapi penindasan dari para penyeludup manusia.

5. Pemerintah Malaysia Meminta Bantuan Internasional
Pemerintah Malaysia meminta bantuan internasional untuk menangani tragedi ini dan menyerukan negara-negara tetangga untuk bekerja sama dalam upaya menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya. Pemerintah Malaysia menggarisbawahi bahwa situasi ini memerlukan perhatian serius dan kerja sama dari masyarakat internasional untuk menuntaskan konflik suku Rohingya dan menjamin keselamatan pengungsi.

6. Malaysia Mempunyai Sejarah Masalah Imigrasi
Pemerintah Malaysia tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB dan ini menyebabkan masalah imigrasi ilegal di negara tersebut. Penyelundupan orang menjadi bisnis besar di Malaysia dan beberapa orang mengambil kesempatan untuk merampas hak-hak pengungsi “tidak resmi” seperti Rohingya. Sementara, praktik kriminal oleh penyelundup manusia yang dilakukan di Malaysia sangat tidak manusiawi, dan menyebabkan kepanikan warga di kawasan tersebut.

7. Kepentingan Nasional Malaysia Tidak Merugikan Pengungsi Rohingya
Pemerintah Malaysia menekankan bahwa keputusan untuk tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB didasarkan pada pertimbangan kepentingan nasional. Pemerintah Malaysia menegaskan bahwa kebijakannya tidak akan merugikan pengungsi Rohingya di negaranya. Malaysia dianggap sebagai salah satu negara yang ramah pengungsi dan menampung sekitar 101,000 pengungsi Rohingya.

8. Keputusan Pemerintah Malaysia
Pemerintah Malaysia terus berupaya memperkuat kebijakan pengungsi dan mengalokasikan sumber daya untuk mengekang fenomena ini. Pendirian pusat penampungan untuk para pengungsi dan kebijakan ekstra lembut terhadap pengungsi menjadi salah satu kebijakan penting terkait masalah ini. Saat ini, pemerintah Malaysia terus bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mencari solusi yang baik bagi pengungsi Rohingya di negaranya.

9. Perlunya Kebijakan Kemanusiaan
Kebijakan kemanusiaan yang baik perlu diimplementasikan dalam konteks pengungsi Rohingya di Malaysia. Ini penting untuk memastikan kesejahteraan pengungsi dan mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Meskipun Malaysia tidak menandatangani Konvensi Pengungsi PBB, penting untuk tetap mematuhi norma-norma hak asasi manusia dan prinsip-prinsip kemanusiaan dalam perlindungan pengungsi.

10. Dukungan Global
Dukungan global juga penting dalam konteks pengungsi Rohingya di Malaysia. Negara-negara yang ramah pengungsi, seperti Jerman dan Kanada, telah menunjukkan dukungan kuat terhadap pengungsi Rohingya di Malaysia dan seluruh dunia. Dukungan seperti ini harus diteruskan untuk mendorong dukungan internasional lebih besar dan memberikan suara bagi pengungsi Rohingya di Malaysia.

Kesimpulannya, tragedi tenggelamnya kapal pengungsi Rohingya di Selat Malaka pada bulan Januari kembali membuka mata dunia tentang pentingnya masalah pengungsi dan perlindungan terhadap mereka. Situasi pengungsi Rohingya di Malaysia memerlukan perhatian serius dan kerja sama dari masyarakat internasional untuk menyelesaikan konflik dan menjamin keselamatan pengungsi. Perlindungan pengungsi harus menjadi prioritas utama, dan perkembangan solusi khususnya dalam konteks kebijakan kemanusiaan dapat dimulai dari kepemimpinan dan kerja sama internasional yang lebih besar.

Original Post By Dmarket