Tragedi SVB Dinilai bukan Pengulangan Krisis 2008

Tragedi SVB Dinilai Bukan Pengulangan Krisis 2008: Apa yang Terjadi dan Bagaimana Dampaknya Terhadap Ekonomi Global

Beberapa waktu lalu, pasar saham mencatat penurunan drastis. Beberapa indeks saham bahkan tumbang hingga lebih dari 30 persen. Penurunan ini terjadi karena pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia. Namun, ada satu sektor yang terlihat memukul palu terlebih dahulu. Yakni, pasar obligasi korporasi. Tragedi yang terjadi ini disebut sebagai Tragedi SVB. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dan apakah ini bisa menyebabkan dampak yang serupa dengan krisis global pada 2008 lalu?

1. Sejarah Singkat Tragedi SVB
Tragedi SVB adalah singkatan dari SoftBank Vision Fund. Ini adalah sebuah dana investasi rintisan yang digagas oleh Masayoshi Son. Dalam waktu yang relatif singkat, SVB mengumpulkan dana sebanyak $100 miliar. Dana sebanyak itu diinvestasikan ke berbagai startup teknologi di seluruh dunia. Investasi yang dilakukan oleh SVB membuat banyak perusahaan teknologi menjadi unicorn. Hingga suatu saat, WeWork, salah satu perusahaan teknologi yang mendapatkan investasi dari SVB, mulai bermasalah. Nilai valuasinya dipertanyakan dan asetnya dinilai lebih rendah dari hutangnya. Akhirnya, SoftBank membantu WeWork dengan mengakuisisi perusahaan tersebut. Namun, sejak saat itu, SoftBank menghadapi banyak tekanan karena nilainya yang semakin turun.

2. Keterkaitan SVB dengan Obligasi Korporasi
SVB bukan hanya menginvestasikan dana ke perusahaan teknologi. Mereka juga meminjamkan dana ke perusahaan-perusahaan lain melalui obligasi korporasi. Selain itu, SoftBank juga memiliki sebuah bisnis yang menjual opsi pada indeks saham. Bisnis ini diberi sebutan sebagai Gamma Trading. Ketika pandemi Covid-19 dimulai, indeks saham mulai turun. Ini menyebabkan bisnis Gamma Trading rugi. Dan SoftBank harus mengalami kerugian yang cukup besar.

3. Dampak Tragedi SVB Terhadap Ekonomi Global
Tragedi SVB bukanlah penyebab langsung dari penurunan pasar saham. Namun, situasi ini menciptakan ketidakpastian di pasar obligasi korporasi. Investor mulai mengambil tindakan preventif dengan menjual obligasi korporasi yang mereka miliki. Akibatnya, harga obligasi korporasi menurun dan suku bunga obligasi korporasi naik. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk obligasi korporasi menjadi berada dalam situasi yang sulit. Sejumlah perusahaan di industri travel, hotel, dan restoran harus memperburuk diskon dan tawaran potongan harga mereka untuk menarik konsumen. Dan bisa dibilang, industri-industri ini adalah yang paling terpukul pada saat pandemi Covid-19.

4. Berbeda Dengan Krisis Global 2008
Walaupun ada benang merah, namun Tragedi SVB tidak bisa dibandingkan dengan krisis global pada 2008 lalu. Pada tahun 2008, terjadi masalah di sektor perbankan di seluruh dunia. Sekitar sepertiga dari bank-bank di AS, termasuk Lehman Brothers, terpaksa bangkrut. Hal ini memberikan dampak yang cukup besar di pasar saham. Kali ini, sektor yang terdampak adalah pasar obligasi korporasi. Ini tidak sebesar kasus pada sektor perbankan. Namun, ini tidak meminimalisir dampak yang bisa ditimbulkan.

5. Keterkaitan Tragedi SVB dengan Pemberantasan Korupsi
Bagaimana SoftBank bisa mendapatkan dana sebanyak ini? Ada kalanya, investasi yang dilakukan oleh SVB justru mendapatkan kriteria yang sangat tinggi di pasar. Tapi, tak bisa dipungkiri, SoftBank juga terafiliasi dengan beberapa calon penipu. Salah satu diantaranya adalah Bernard Madoff dan Paul Manafort. Mereka melakukan penipuan besar-besaran dan harus masuk penjara karena itu. Hal-hal seperti ini seharusnya sudah cukup menjadi pelajaran bagi SoftBank sebagai sebuah perusahaan investasi. Dalam mencegah terjadinya kasus seperti ini, lembaga pengawas semestinya dapat lebih tegas.

6. SoftBank Kembali Bangkit dari Asalnya
Menghadapi masalah dengan bisnis Gamma Trading dan obligasi korporasi, SoftBank terpaksa menjual aset-asetnya. Salah satunya adalah saham yang mereka miliki di T-Mobile US. SoftBank juga harus melepaskan saham yang dimilikinya di Alibaba. Namun, sekarang, SoftBank sudah kembali bangkit dari asal. Setelah periode ketidakpastian, nilai saham SoftBank kini sudah pulih. Mereka berhasil menjual aset-aset mereka dengan harga yang sangat baik dan profit yang cukup besar.

7. Potensi Krisis yang Masih Ada
Walaupun sekarang situasinya sudah lebih baik, masih ada potensi bahwa krisis akan terjadi lagi. Pasar obligasi korporasi masih berada dalam situasi yang tidak jelas. Dan hal ini bisa berdampak besar pada perusahaan-perusahaan yang memiliki hutang. Terlebih lagi, pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Walaupun beberapa negara sudah mulai memperbaiki situasi dengan meredam angka penyebaran virus, hal ini belum berarti sepenuhnya permasalahan akan terpecahkan.

8. Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Tragedi SVB
Tragedi SVB memang belum sebesar krisis global pada tahun 2008. Namun, tetap saja pelajaran yang didapat dari peristiwa ini bisa menjadi sangat berharga. Salah satu pelajaran adalah tentang pengelolaan resiko. Ketika mengambil keputusan besar, pengelola resiko harus menimbang resiko dan keuntungan dengan sangat hati-hati. Jangan sampai keuntungan yang tampak besar membuat kita lupa akan resiko yang sangat besar. Selain itu, pengaturan undang-undang juga sangat penting. Lembaga pengawas dan undang-undang yang terkait dengan pasar keuangan perlu ditingkatkan.

9. Kesimpulan
Tragedi SVB tidak bisa dibandingkan dengan krisis global pada tahun 2008. Namun, ini menunjukkan tentang ketidakpastian di pasar obligasi korporasi dan dampaknya pada perusahaan dengan hutang obligasi korporasi. Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini adalah pentingnya menyadari pentingnya pengelolaan resiko dalam pengambilan keputusan besar di bidang keuangan. Bagaimana SoftBank mengatasi masalah mereka juga bisa menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk tidak menyerah namun tetap terus berusaha untuk bangkit dari keterpurukan.